Pembelajar
kooperatif tipe talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota
kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok.
Talking adalah sebuah
kata yang diambil
dari
bahasa
inggris yang berarti berbicara, sedangkan Chips yang berarti kartu. Jadi arti
Talking Chips adalah kartu untuk berbicara. Supri Wahyudi utomo (2007:49) menyatakan: Model pembelajaran Talking Chips merupakan salah satu
model pembelajaran
yang menggunakan
metode pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok dalam suatu
kelompok. Di
dalam Talking Chips siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok.
Dalam
pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu
/ “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota
kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya
ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai
semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak
boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan semua
kartu mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi
dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).
Kagan (2000 : 48) mengemukakan tipe kancing
gemerincing
sama dengan istilah talking chips. Chips yang dimaksud oleh Kagan
dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil. Istilah talking chips di
Indonesia kemudian lebih dikenal sebagai model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing. Secara
sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang
dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari,
potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain. Menurut Lie, (2002 : 63) karena benda-benda
tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat
disebut juga dengan “kancing gemerincing”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Talking Chips adalah
pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5
orang, masing-masing anggota kelompok membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja.
Menurut Isjoni, (2010: 36-37) keunggulan yang diperoleh model pembelajaran Talking Chips yaitu:
a. Saling ketergantungan yang positif
b.
Adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan
individu
c.
Siswa dilibatkan
dalam
perencanaan
dan pengelolaan
kelas
d.
Suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan
e.
Terjalin hubungan yang
hangat dan bersahabat
antara siswa dsan guru
f.
Memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran Talking Chips diantaranya:
- Tidak semua konsep dapat mengungkapkan model Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dap dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.
- Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
- Pembelajaran model Talking Chips adalah model pembelajaran yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada di kelas. Hal ini cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Kooperatif Talking Chips
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif talking chips menurut Widyantini
(2008:6) adalah sebagai berikut:
- Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkouminaksikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
- Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
- Mengkoordinasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru mengelompokan siswa.
- Membimbing kelompok belajar. Guru memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran kelompok-kelompok belajar.
- Evalusasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah disampaikan.
- Memberi penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan
uraian di atas terdapat beberap langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan
model pembelajaran talking chips.
Sblumnya mkasih bnyak untk informasinya.
BalasHapusTapi dftar pustakanya apa ya?
Itu saya lihat ada pengarang kagan dan isjoni, dalam buku apa ya itu?
Saya lagi butuh untk penelitian saya. Mohon bantuannya.
Terimakasih