Selasa, 28 Oktober 2014

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips



Pembelajar kooperatif tipe talking chips pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Dalam kegiatan talking chips, masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Talking  adalah  sebuah  kata  yang  diambil  dari  bahasa  inggris  yang berarti berbicara, sedangkan Chips yang berarti kartu. Jadi arti Talking Chips adalah kartu untuk berbicara. Supri Wahyudi utomo (2007:49) menyatakan: Model pembelajaran Talking Chips merupakan salah satu model pembelajaran  yang menggunakan  metode pembelajaran  kooperatif.  Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok dalam  suatu  kelompok.  Di  dalam  Talking  Chips  siswa  dibagi  dalam kelompok-kelompok    kecil    sekitar    4-6    orang    perkelompok.

Dalam pelaksanaan talking chips setiap anggota kelompok diberi sejumlah kartu / “chips” (biasanya dua sampai tiga kartu). Setiap kali salah seorang anggota kelompok menyampaikan pendapat dalam diskusi, ia harus meletakan satu kartunya ditengah kelompok. Setiap anggota diperkenankan menambah pendapatnya sampai semua kartu yang dimilikinya habis. Jika kartu yang dimilikinya habis, ia tidak boleh berbicara lagi sampai semua anggota kelomoknya juga menghabiskan semua kartu mereka. Jika semua kartu telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi kartu lagi dan diskusi dapat diteruskan kembali (Kagan, 2000 : 47).

Kagan (2000 : 48) mengemukakan tipe kancing gemerincing sama dengan istilah talking chips. Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal sebagai model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Secara sederhana, penggunaan kartu dapat diganti oleh benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, misalnya kancing, kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan lain-lain.  Menurut Lie, (2002 : 63) karena benda-benda tersebut berbunyi gemerincing, maka istilah untuk talking chips dapat disebut juga dengan “kancing gemerincing”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Talking Chips adalah pembelajaran  yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri   atas   4-5   orang,   masing-masing   anggota   kelompok   membawa sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja.

Menurut Isjoni, (2010: 36-37) keunggulan yang diperoleh model pembelajaran Talking Chips yaitu:

a.       Saling ketergantungan yang positif
b.      Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
c.       Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
d.      Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
e.       Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dsan guru
f.       Memiliki  banyak  kesempatan  untuk  mengekspresikan  pengalaman emosi yang menyenangkan.

Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran Talking Chips diantaranya:
  1. Tidak  semua  konsep  dapat  mengungkapkan  model Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas seorang guru dap dinilai. Seorang guru yang profesional tentu dapat memilih metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.
  2. Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan  perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa.
  3. Pembelajaran  model  Talking  Chips  adalah model  pembelajaran yang menarik namun cukup sulit dalam pelaksanaannya, karena memerlukan persiapan yang cukup sulit. Selain itu dalam pelaksanaannya guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang  ada  di  kelas.  Hal  ini  cukup  sulit  dilakukan  terutama  jika jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Talking  Chips
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif talking  chips menurut Widyantini (2008:6)  adalah sebagai berikut:
  1. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkouminaksikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
  2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
  3. Mengkoordinasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru mengelompokan siswa.
  4. Membimbing kelompok belajar. Guru memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran kelompok-kelompok belajar.
  5. Evalusasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah disampaikan.
  6. Memberi penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberap langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan model pembelajaran talking chips.

1 komentar:

  1. Sblumnya mkasih bnyak untk informasinya.
    Tapi dftar pustakanya apa ya?
    Itu saya lihat ada pengarang kagan dan isjoni, dalam buku apa ya itu?
    Saya lagi butuh untk penelitian saya. Mohon bantuannya.
    Terimakasih

    BalasHapus